Oleh Mahasiswa STMIK Amikom Jogjakarta
dengan seorang lelaki asal Padang. Lahir di ranah Minang, tumbuh dalam dialek Padang, besar dalam pendar-pendar primordialisme khas remaja Padang. Praktis, saya cepat akrab dengan budaya Minang, sekalipun belum pernah menginjakkan kaki keluar dari jeruji-jeruji kesentrisan pulau Jawa. Lelaki saya yang berpuak Jambak ini, Alfian, membuat saya cukup fasih bercerita dan berbicara dalam budaya dan bahasanya.
Orang Padang (untuk juga menyebut semua orang di Sumatera Barat) biasanya menyapa dengan kalimat “
? (Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?)
Untuk percakapan dengan teman, yang sering dipakai adalah kata “Awak”. Untuk sebutan yang lebih kasar (biasanya percakapan santai antar para pria), bisa pakai kata “Aden” (kata ini haram untuk diucapkan wanita). Dalam lagu-lagu Minang tentang percintaan yang mendayu-dayu, mereka menyebut diri sendiri dengan kata “Denai”. Kata “Denai” kalau dalam bahasa Jawa mungkin kira-kira sama dengan “
”. Lebih halus. Bisa juga pakai “Ambo”, tapi jarang sekali digunakan.
Perempuan lebih sering menyebut namanya daripada memakai kata “Awak”. Kesannya memang agak kekanak-kanakan. Mereka biasanya menggunakan bagian akhir dari namanya. Sebagai contoh, perempuan Minang bernama Dina akan memakai “Na” yang diambil dari suku terakhir nama panggilannya untuk menyebut diri sendiri. Ia akan bilang: “
.” (Dina sedang sibuk). Lain lagi dengan perempuan bernama Asri yang akan bilang: “
Orang Padang menyebut lawan bicara langsung dengan nama mereka. Jadi mungkin (setahu saya) tidak ada kata “Kamu” dalam bahasa ini. Saya merasakan kesan akrab dalam cara berkomunikasi seperti ini. Karena mau tidak mau mereka harus selalu hafal nama orang kan? Agak sulit bagi saya yang sulit mengingat nama orang. Dalam bahasa Padang yang lebih kasar, mereka mengganti kata “Kamu” dengan “Ang”. Contoh: “
?” (Kenapa kamu kesini?)
4. Sebutan untuk perempuan yang lebih tua atau dihormati = Uni
5. Sebutan untuk pria yang lebih tua atau dihormati = Uda
1. Apa = Apo, disingat A
2. Bagaimana = Bagaimano, disingkat Ba a
3. Berapa = Barapo, disingkat Bara
4. Dimana = Dimano, disingkat Dima
5. Darimana = Dari mano, disingkat Dari ma
6. Mana = Mano, disingkat Ma
7. Siapa = Siapo, disingat Sia
9. Mengapa = Mangapo, disingkat Manga
Jadi kalau mau tanya “Bagaimana caranya?” bisa pakai “
?” Kata tanya yang disingkat lebih sering dipakai, terlebih dalam percakapan sehari-hari.
Rumah gadang artinya rumah yang besar. Atapnya berbentuk tanduk kerbau dan dibuat dari ijuk. Minangkabau berarti kerbau yang menang. Rumah ini untuk perempuan. Pada lelaki yang sudah akil baliq harus tinggal di luar rumah, biasanya di surau.
Sebenarnya belajar bahasa Padang sangat mudah, karena banyak kata yang sama dengan bahasa Melayu versi Indonesia. Hanya saja kata-kata itu mengalami semacam penggubahan sesuai dialek mereka.
Kalau Anda sering melihat film dan ada karakter orang Padang disitu, yang Anda paling ingat mungkin pemakaian huruf O yang kerap muncul. Bahasa Padang mengubah kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran A menjadi berakhiran O.
2. Pengubahan –at menjadi –ek
Sebagian besar kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran –at berubah menjadi berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Bunyikan –ek seperti mengucapkan “mbek” dalam kata “Lembek”.
Bedakan dengan contoh berikut:
5. Merambat = Marambek
6. Keringat = Karingek
Perhatikan bahwa keenam contoh di atas tidak berubah menjadi “Berek”, “Lebek”, “Tepek”, “Penek” atau “Merembek”, melainkan “Barek”, “Labek”, “Dabek”, “Panek” dan “Marambek”. Suku kata pertama yang mengandung huruf E memang biasanya berubah menjadi A.
3. Pengubahan –as menjadi –eh
4. Pengubahan -ir menjadi –ia
4. Pelintir = Palintia
5. Pengubahan –ur menjadi –ua.
6. Pengubahan –ut menjadi –uik
7. Pengubahan –uk menjadi –uak
8. Pengubahan –uh menjadi –uah
9. Pengubahan –us menjadi –uih
10. Pengubahan –ung menjadi –uang
1. Bingung = Binguang
2. Panggung = Pangguang
11. Pengubahan –ih menjadi –iah
12. Pengubahan –ing menjadi –iang.
1. Keling (hitam) = Kaliang
13. Pengubahan –il menjadi –ia
14. Pengubahan –is menjadi –ih
3. Menangis = Manangih
15. Pengubahan -ap menjadi -ok
Tidak mutlak semua kata bisa diubah sesuai rumus diatas. Sejatinya, pengubahan akhiran pada kata-kata tersebut tidak perlu dihafalkan. Logat Padang bisa serta-merta Anda kuasai tanpa menghafal kalau Anda terbiasa berlatih dan berkomunikasi dengan bahasa ini.
Kalimat negatif dalam bahasa Padang memiliki pola yang mirip dengan kalimat negatif dalam bahasa Perancis. Mungkin juga ada bahasa lain di dunia ini yang memiliki pola sama. Sejauh ini, karena kebetulan saya sedang mempelajari bahasa Perancis,
Pola kalimat negatif dalam bahasa Perancis: Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek / Pelengkap.
(Saya seorang mahasiswa)
(Saya bukan mahasiswa)
Pola dalam bahasa Padang: Subjek + indak + Kata Kerja + Objek / Pelengkap + do.
“Pas” dalam bahasa Perancis sama fungsinya dengan “Do” dalam bahasa Padang. Bedanya “Do” selalu diletakkan di akhir kalimat dalam bahasa Padang.
1. Iko lamak (ini enak) => Iko indak lamak do (ini tidak enak)
2. Awak suko bagarah (Aku suka becanda) => Awak ndak suko bagarah do (Aku tidak suka becanda)
3. Ndak ba a do (Tidak apa-apa)
4. Ndak ado lai do (Tidak ada lagi)
Orang Padang, seperti juga orang Melayu lainnya, agak sulit membedakan huruf E. Seperti yang kita ketahui, kita memiliki tiga jenis huruf E. Kalau dalam bahasa Perancis, ada tiga aksen untuk huruf E, yaitu
Dalam bahasa Indonesia, tiga E itu adalah:
1. E seperti mengucapkan “Ekor”
2. E seperti mengucapkan “Emas”
3. E seperti mengucapkan “Elektronik”
Nah, orang Padang sulit membedakan ketiga E ini, sehingga maklumi saja apabila suatu saat Anda mendengar orang Padang yang agak ganjil cara mengucapkan sesuatu yang mengandung huruf E. Seringkali mereka mengucapkan “me” dalam kata “Nasionalisme” seperti mengucap E pada kata “Ekor” atau mungkin “Elektronik”, padahal seharusnya ia harus diucapkan seperti melafalkan kata “Emas”. Et cetera.
Sebaiknya Anda harus tau daftar kata-kata kotor, bukan cuma dalam bahasa Padang tapi juga dalam bahasa lainnya.
Teman saya pernah mengeluhkan kata ini. Ada orang Padang di samping kamar kostnya yang sering meneriakkan kata “Pantek” terhadap istrinya dengan tingkat desibel yang cukup tinggi untuk mengganggu waktu bersantainya.
Apa sih arti “Pantek”? Saya sering berdebat mengenai hal ini dengan Alfian. Kalau ditanya, dia pasti akan menjawab itu tidak ada artinya dan memang lazim dipakai untuk meneriakkan kemarahan atau kekecewaan. Ada juga yang bilang “Pantek” adalah alat kelamin perempuan yang dipakai untuk berkata kotor.
Menurut saya, sesuai rumus yang saya jabarkan di atas, “Pantek” dalam bahasa Indonesia adalah “Pantat”. Entah pantatnya perempuan atau laki-laki, sama saja (saya pikir, pantat bukan monopoli perempuan saja). Dalam rumus saya, kata yang berakhiran –at akan berubah berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Pendeknya, “Pantat” mau tak mau harus bermanuver menjadi “Pantek”. Itu saja. Tidak ada yang mampu mengubah pendirian saya.
Ada yang bilang “Pantek” itu kasusnya sama seperti kata “Asu” dalam bahasa Jawa. “Asu” adalah anjing dalam bahasa Jawa. Orang Jawa berteriak “Asu” untuk mengekspresikan kemarahan, bukan karena ingin memanggil anjing.
Ya sama saja toh, dia menyamakan hal yang membuatnya marah itu dengan anjing (yang memang ditakdirkan untuk menjadi objek penderita). Orang Padang pun menyamakan hal yang membuatnya marah dengan pantat (yang ditakdirkan menjadi bagian tubuh pertama yang merasakan imbas ekskresi manusia). Secara filosofis, tidak ada masalah dengan itu.
“Kanciang” tidak mengacu pada kata “Kancing”, karena orang Padang lebih suka memakai kata “buah baju” untuk menyebut kancing baju. “Kanciang”, exactly berarti “Kencing”.
“Kantuik” berarti “Kentut”. Hmm,
5. Nama-nama hewan yang lazim didzikirkan ketika sedang kesal.
Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia yang bisa diubah sesuai yang saya rumuskan untuk menjadi kata dalam bahasa Padang. Ada kata lain yang memang harus dihafalkan kalau Anda memang ingin mempelajarinya.
2. Perempuan = Padusi
10. Dan masih sangat sangat banyak lainnya..
Orang Padang juga punya cara Padang sendiri yang terbawa saat ia berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak ganjil kalau Anda belum terbiasa. Contohnya, mereka sering menyebut kata “Bensin” dengan “Minyak”. Yang jelas prinsipnya sama saja ketika Anda ingin mempelajari sesuatu yang baru.
Sumber gambar www.udaunisumbar.com
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tribun Padang atau TribunPadang.com adalah media siber yang berbasis di Sumatera Barat (Sumbar).[1] Media ini merupakan bagian dari jaringan Tribun Network,[2] grup Kompas Gramedia.[3] Situs Situs web Tribun Padang beralamat di padang.tribunnews.com dan www.tribunpadang.com, dengan pranala kedua akan diarahkan otomatis ke pranala pertama. Tribun Padang beralamat di Kompleks Polamas Residence, Jalan Ketilang Nomor A7, Kelurahan Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang.[4]
Rubrik media ini di antaranya news (berita), ekonomi, superskor dan sport (olahraga), travel, seleb, lifestyle, otomotif, techno, dan kesehatan.
Setelah aktif 2019 lalu, pada 10 Agustus 2022 TribunPadang.com melakukan peluncuran ulang di Hotel Santika Premiere Padang dengan menggelar acara Talk Show. Acara itu mengundang Wali Kota se-Sumbar sebagai narasumber. Temanya adalah "Peran Pemerintah Kota dalam Membangun UKM Berorientasi Ekspor".[5][6][7]
Kamus Bahasa Padang Indonesia